Rabu, 20 November 2013


Ada beberapa kesalahan dalam mengelola keuangan yang kerap terjadi pada pebisnis pemula. Jika bisnis sudah mulai menapaki kesuksesan banyak yang terjebak pada kesalahan-kesalahan kelola keuangan. Yang pada akhirnya justru menjadikan gagalnya bisnis yang semestinya tidak perlu terjadi. Kesalahan mengelola keuangan tersebut terkadang tidak disadari oleh pebisnis pemula. Karena itu kita perlu jeli dalam mengenai kesalahan-kesalahan mengelola keuangan.

Setidaknya ada enam kesalahan mengelola keuangan yang banyak dilakukan pebisnis pemula. Hal ini dikemukakan Eric Johnson, senior client strategist di Signature, firma manajemen kekayaan yang berbasis di Norfolk, Virginia, Amerika Serikat. Kesalahan-kesalahan mengelola keuangan dan cara mengatasinya adalah sebagai berikut:

1. Over Investasi
Banyak pebisnis pemula menghabiskan dana untuk investasi yang tidak perlu, demi alasan prestise misalnya. Alih-alih meningkatkan produktivitas justru akan menghaiskan modal dan tabungan. Solusinya adalah gunakan setiap uang yang dimiliki untuk menciptakan produk yang baik, dan tunjukkan kepada pengguna.

2. Tidak Menggaji Diri Sendiri
Pemilik bisnis muda cenderung menanamkan semua sumber daya ke dalam bisnis tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Sulit jika bisnis harus membiayai kehidupan pribadi Anda. Seperti karyawan yang lain, berikan gaji secukupnya untuk Anda sendiri untuk memastikan keuangan pribadi Anda tetap sehat dan terpisah dari bisnis. Namun, jangan mentang-mentang Anda pemilik bisnis ini lantas memberi gaji tinggi untuk Anda. Anda harus menyediakan cukup banyak dana untuk bisnis Anda supaya tetap dapat beroperasi dalam masa-masa sulit.

3. Tidak mempertimbangkan kemungkinan terburuk
Kalangan muda sering berpikir bahwa mereka sangat berpotensi dan tak mungkin gagal. Akan tetapi, siapa pun bisa gagal, dan Anda perlu membuat rencana setelah memprediksi kemungkinan terburuk.

Buat sebuah rencana pengganti dan beberapa bentuk asuransi untuk mendukung bisnis ketika Anda tak mampu menjalankannya. Jika Anda mempunyai rekanan dan bisnis Anda tidak mudah dijual, Eric Johnson menyarankan untuk membuat suatu perjanjian jual-beli. Perjanjian ini mengatur apa yang terjadi jika salah satu pemilik bisnis meninggal, dan biasanya mencakup komponen asuransi yang menyediakan dana apabila sewaktu-waktu terjadi sesuatu pada pemilik bisnis.

4. Mencampur aset bisnis dan pribadi
Entah itu menjamin pinjaman secara pribadi atau meminta orangtua Anda membeli rumah kedua, meningkatkan aset pribadi untuk tujuan bisnis tidak akan baik bagi kondisi keuangan pribadi. Mengapa demikian? Bayangkan, ketika bisnis Anda menurun, para kreditor bisa saja mengejar aset pribadi Anda.

5. Menggunakan kartu kredit pribadi untuk tujuan bisnis
Akan sangat berisiko jika Anda bergantung pada kartu kredit pribadi untuk membiayai usaha ketika bank tidak bersedia memberikan dana untuk Anda. Anda bisa saja tergoda untuk men-charge hal-hal yang tidak seharusnya pada kartu kredit pribadi. Mencampur tagihan bisnis dan pribadi bisa menimbulkan kekacauan organisasi. Jika bisnis Anda diaudit, Anda tentu harus menyediakan catatan pengeluaran bisnis paling tidak tiga tahun ke belakang. Mampukah Anda menyediakannya? Sudah pasti tidak. Jadi, sebaiknya Anda membuat kartu kredit khusus untuk urusan bisnis, dan hanya digunakan untuk pengeluaran bisnis yang penting.

6. Merampok kas perusahaan
Ketika berhasil melakukan penjualan yang hebat dalam dua atau tiga bulan, pengusaha muda biasanya akan menjadi kelewat percaya diri, begitu menurut Mayabb. Pengusaha yang belum berpengalaman kemudian akan mulai menghabiskan arus kas perusahaan tanpa pandang bulu. Ambil contoh, ketika membutuhkan mobil operasional, mereka akan membeli mobil-mobil terbaik (dalam arti dengan merek terbaik dan harga yang lebih mahal), lalu menyadari bahwa pada beberapa bulan berikutnya ternyata tidak terjadi penjualan yang berarti. (bn)

1 komentar: