Selasa, 18 Maret 2014


Indonesia adalah negara kepulauan dan negara maritim yang mempunyai wilayah lautan lebih luas dari daratan. Indonesia merupakan salah satu prudusen ikan dan hasil laut dunia. Hampir 90% produksi ikan Indonesia dipasarkan di dalam negeri dan sebagian kecil di ekspor. Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani terbaik dan mempunyai berbagai manfaat bagi kesehatan. Pada awal 1970-an, muncul bukti bahwa asupan ikan mempunyai pengaruh penting bagi kesehatan. Sebagian besar penelitian difokuskan pada manfaat makan ikan untuk melawan penyakit jantung dan akibat kematian yang disebabkan olehnya. Sampai saat ini, sudah lebih dari 5.000 publikasi penelitian yang mengungkapkan manfaat ikan bagi kesehatan jantung.
Ikan dan penyakit jantung
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian dan cacat di Australia. Penyakit jantung disebabkan oleh banyak faktor individu seperti genetika, gaya hidup maupun pola makan. Berkaitan dengan pola makan, banyak ahli yang telah melakukan penelitian tentang manfaat makan ikan untuk mengurangi risiko penyakit jantung. Dalam sebuah penelitian, orang yang mengkonsumsi ikan memiliki ketahanan hidup setengah lebih tinggi dibandingkan orang-orang yang tidak makan ikan. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa tingkat risiko penyakit jantung tertinggi terjadi pada laki-laki yang sama sekali tidak mengkonsumsi ikan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa makan ikan satu atau dua kali seminggu secara substansial menurunkan risiko penyakit jantung koroner.
Salah satu penelitian tertua yang telah dilakukan oleh dua orang peneliti Denmark pada tahun 1970 menemukan fakta bahwa orang Eskimo meskipun banyak mengkonsumsi makanan berlemak tinggi, memiliki kasus kematian akibat Penyakit jantung Koroner (PJK) yang rendah. Hal ini disebabkan karena orang Eskimo mempunyai kebiasaan mengkonsumsi ikan. Data dari Reutershealth mengungkapkan selain kaya protein, ikan juga bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan menyehatkan jantung. Menurut Dr. William Harris dari Universitas South Dakota, orang Amerika lebih banyak terkena penyakit penyumbatan aliran darah serta jantung koroner dibandingkan dengan negara Jepang karena orang Jepang biasa mengkonsumsi mengkonsumsi ikan. Kandungan omega 3 pada ikan dapat menyembuhkan penyumbatan di aliran darah secara otomatis dan memperkecil risiko terkena penyakit jantung koroner dan berbagai penyakit lainnya. Pola makan orang Jepang juga berpengaruh, karena masakan Jepang biasanya disajikan secara mentah atau rebus dan masakan Jepang sedikit menggunakan minyak goreng atau mengandung lemak.
Pencegahan Sekunder Penyakit Jantung Koroner
Setelah seseorang mengalami serangan jantung, sangatlah penting untuk mencegah terjadinya serangan jantung kembali. Pencegahan untuk mengurangi risiko ini disebut pencegahan sekunder. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan mengkonsumsi ikan. Dalam sebuah percobaan klinis terkontrol terbukti bahwa orang yang sembuh dari serangan jantung dan mengkonsumsi ikan dua atau tiga kali seminggu dapat mengurangi sepertiga angka kematian setelah dua tahun. Dalam percobaan lain, dengan suplemen lemak omega-3 dari seafood total kematian berkurang sebesar 20%, kematian akibat penyakit jantung berkurang 30%, dan kematian mendadak berkurang sebesar 45%.
Dalam sebuah studi, diet Mediterania yang mengkonsumsi ikan 47 gram per hari lebih efektif dalam melindungi terhadap risiko kematian mendadak akibat serangan jantung dibandingkan dengan diet rendah lemak. Konsumsi ikan dapat mencegah penyakit jantung melalui mekanisme sebagai berikut mengurangi serum trigliserida, mengoptimalkan tekanan darah, meningkatkan aliran darah, dan mengurangi jantung berdetak tidak beraturan.
Diet kolesterol dan kolesterol darah
Banyak peneliti sebelumnya mengatakan bahwa asupan kolesterol akan menyebabkan tingginya kolesterol darah dan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Hal ini khususnya terjadi jika yang dikonsumsi adalah asam lemak jenuh. Namun demikian ternyata, hanya 15% dari populasi yang mengalami peningkatkan kolesterol darah lebih dari 10%. Ada sejumlah faktor seperti gender, umur dan distribusi lemak tubuh yang dapat mempengaruhi cara tubuh menangani kolesterol dari makanan. Disamping itu, komposisi asam lemak dari makanan akan sangat mempengaruhi peningkatan kolesterol dalam darah. Ada dua jenis asam lemak yang dapat meningkatkan kolesterol darah yaitu lemak jenuh (kebanyakan dari makanan hewani, seperti daging) dan trans lemak mono-tak jenuh (diproduksi oleh hidrogenasi minyak nabati). Kolesterol dalam tubuh diangkut oleh Low-Density Lipoproteins (LDL) dan High Density Lipoprotein (HDL).
Kolesterol LDL akan disimpan di bagian dinding pembuluh darah dan akumulasi LDL dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan menyumbat arteri. Jika hal ini terjadi pada arteri jantung (arteri koroner) akan menyebabkan serangan jantung sehingga kolesterol LDL dianggap kolesterol buruk/ jahat, meskipun tidak semuanya buruk karena tubuh memerlukan beberapa kolesterol LDL untuk metabolism tubuh. Sebaliknya, kolesterol HDL dianggap kolesterol baik karena HDL membantu menghilangkan kolesterol LDL dari tubuh. Kolesterol tinggi, LDL tinggi dan HDL rendah merupakan faktor penyebab risiko penyakit jantung. Tingginya trigliserid dalam kondisi tersebut merupakan faktor pengali lebih lanjut terhadap risiko serangan jantung.
LDL dapat mengalami reaksi kimia oksidasi, yang diperkuat oleh reaktif molekul tertentu yang biasanya diproduksi sebagai bagian dari sistem pertahanan dan sebagai produk sampingan dari proses metabolisme yang memanfaatkan oksigen. Oksidasi LDL dapat menyebabkan pengerasan dan kerusakan pembuluh darah arteri. Oksidasi LDL tampaknya dipengaruhi oleh jenis lemak yang kita makan dan diminimalisir oleh asupan anti oksidan dari berbagai makanan. Strategi untuk dapat mengurangi gangguan jantung koroner adalah mengganti lemak jenuh dengan lemak omega-6, mengurangi jumlah makanan lemak jenuh dan mengganti lemak jenuh dengan makanan yang mengandung asam lemak omega-3 terutama dari seafood yang secara alami juga mengandung antioksidan seperti vitamin E, karotenoid dan co-enzim Q10.

0 komentar:

Posting Komentar