Selasa, 18 Maret 2014

 Berkas:Epinephelus polyphekadion5.jpg
Ikan kerapu menjadi salah satu ikan laut bernilai jual tinggi. Harga kerapu bebek misalnya, mencapai Rp 350.000 hingga Rp 400.000 per kilogram. Tak heran bila pembudidaya ikan kerapu pun bisa mendulang omzet hingga ratusan juta rupiah dalam satu kali panen.

Siapa yang tak mengenal ikan kerapu. Ikan laut ini tak hanya terkenal karena kelezatannya, ikan bernama latin Chromileptes altivelis ini juga banyak dicari karena diyakini sebagai makanan keberuntungan, khususnya bagi masyarakat di Asia Timur. Alhasil, kerapu pun menjadi salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang ekspor.

Ada beberapa jenis kerapu yang bernilai komersial tinggi, seperti kerapu lumpur, lohdi, sunu, macan, dan bebek. Di antara beberapa jenis kerapu tersebut, kerapu bebek dan kerapu macan merupakan salah satu andalan untuk meraih devisa dari sektor kelautan dan perikanan.

Lantaran tergiur pasar ekspor yang menggiurkan itu pula, Lahidima membudidayakan kerapu bebek dan kerapu macan di Belitung. Pria 36 tahun ini mulai menekuni budidaya kerapu sejak tiga tahun lalu.

Permintaan kerapu yang cukup tinggi membuat bisnis Lahidima makin berkembang. Kini, ia telah memiliki 12 petak, yang terdiri dari delapan petak kerapu macan dan empat petak kerapu bebek. "Masing-masing petak berukuran 3x3 m2 itu berisi 300 ekor kerapu," kata Lahidima.

Dari 12 kolam kerapu itu, Lahidima bisa mendulang omzet Rp 1,6 miliar per tahun. Setiap panen kerapu, dia bisa menangguk omzet hingga mencapai Rp 800 juta. "Setahun dua kali panen," ujarnya.

Harga kerapu macan berkisar Rp 120.000 hingga Rp 160.000 per kilogram (kg). Sementara itu, harga kerapu bebek antara Rp 350.000 hingga Rp 400.000 per kg.

Meski cukup menggiurkan, modal untuk membudidayakan kerapu juga tak sedikit. Lahidima harus merogoh koceknya antara Rp 150 juta hingga Rp 200 juta untuk sekali menebar benih.

Setali tiga uang dengan Lahidima, pembudidaya kerapu lainnya di Belitung adalah Rusdi. Namun dia khusus membudidayakan kerapu bebek karena kerapu jenis ini berharga lebih tinggi. Selain itu, di pasar ekspor harga kerapu bebek relatif lebih stabil.

Awalnya, Rusdi hanya menjadi pengumpul ikan hasil tangkapan nelayan yang selanjutnya dipasarkan. Namun, sejak mendapatkan bantuan jaring apung dan rangka keramba dari pemerintah, bapak dua anak ini mulai serius untuk menggeluti bisnis kerapu bebek.

Saat ini, Rusdi baru memiliki empat petak budidaya kerapu. Meski cuma empat petak, Rusdi mampu mengantongi keuntungan hingga Rp 250 juta per tahun.

Untuk memasarkan kerapu, Lahidima menggandeng pengumpul atau agen yang bertindak sebagai pemasar. "Saya hanya memasok ke pengumpul, dari pengumpul itu baru kemudian diekspor," jelas Lahidima.

Jika Lahidima dan Rusdi membudidayakan kerapu dengan menggunakan bibit, Badrun membudidayakan kerapu dengan cara menangkarkan ikan hasil tangkapan. Badrun juga membudidayakan kerapu bebek.

Saat ini, jumlah keramba jaring apung yang dimiliki Badrun mencapai 168 unit. "Tiap bulan, saya ekspor ke Hongkong sebesar tiga hingga empat ton," terang Badrun.

0 komentar:

Posting Komentar